Profil dan Biografi Ahok Basuki Tjahaja Purnama
Basuki Tjahaja Purnama (lahir di Manggar, Belitung
Timur, 29 Juni 1966 ) atau paling dikenal dengan panggilan ahok adalah Gubernur
DKI Jakarta yang menjabat sejak 19 November 2014.
Ahok Basuki Tjahaja Purnama |
Pada 14 November 2014, ia diumumkan secara resmi
menjadi Gubernur DKI Jakarta pengganti Joko Widodo, melalui rapat paripurna
istimewa di Gedung DPRD DKI Jakarta. Basuki resmi dilantik sebagai Gubernur DKI
Jakarta oleh Presiden Joko Widodo pada 19 November 2014 di Istana Negara,
setelah sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur sejak 16 Oktober
hingga 19 November 2014.
Purnama merupakan warga negara Indonesia dari etnis
Tionghoa dan pemeluk agama Kristen Protestan pertama yang menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta pernah dijabat oleh pemeluk agama
Kristen Katolik, Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta periode 1964-1965).
Basuki pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI
dari 2012-2014 mendampingi Joko Widodo sebagai Gubernur. Sebelumnya Basuki
merupakan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari
Partai Golkar namun mengundurkan diri pada 2012 setelah mencalonkan diri
sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk Pemilukada 2012. Dia pernah pula
menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006. Ia merupakan etnis
Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur.
Pada tahun 2012, ia mencalonkan diri sebagai wakil
gubernur DKI berpasangan dengan Joko Widodo, wali kota Solo. Basuki juga
merupakan kakak kandung dari Basuri Tjahaja Purnama, Bupati Kabupaten Belitung
Timur (Beltim) periode 2010-2015. Dalam pemilihan gubernur Jakarta 2012, mereka
memenangkan pemilu dengan presentase 53,82% suara. Pasangan ini dicalonkan oleh
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra). Pada 10 September 2014, Basuki memutuskan keluar dari Gerindra
karena perbedaan pendapat pada RUU Pilkada. Partai Gerindra mendukung RUU
Pilkada sedangkan Basuki dan beberapa kepala daerah lain memilih untuk menolak
RUU Pilkada karena terkesan "membunuh" demokrasi di Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 2014, karena Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo mengambil cuti panjang untuk menjadi calon presiden dalam
Pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, Basuki Tjahaja Purnama resmi menjadi
Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta. Setelah terpilih pada Pilpres 2014,
tanggal 16 Oktober 2014 Joko Widodo resmi mengundurkan diri sebagai Gubernur
DKI Jakarta. Secara otomatis, Basuki menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI
Jakarta. Basuki melanjutkan jabatannya sebagai Pelaksana Tugas Gubernur DKI
Jakarta tanpa dukungan partai (independen) hingga pun dirinya dilantik sebagai
Gubernur DKI pada 19 November 2014.
Latar belakang dan keluarga Ahok
Basuki adalah putra pertama dari Alm. Indra Tjahaja
Purnama (Tjoeng Kiem Nam) dan Buniarti Ningsing (Boen Nen Tjauw). Ia lahir di
Belitung Timur, Bangka Belitung pada tanggal 29 Juni 1966. Basuki memiliki tiga
orang adik, yaitu Basuri Tjahaja Purnama (dokter PNS dan Bupati di Kabupaten
Belitung Timur), Fifi Lety (praktisi hukum), Harry Basuki (praktisi dan
konsultan bidang pariwisata dan perhotelan). Keluarganya adalah keturunan
Tionghoa-Indonesia dari suku Hakka (Kejia).
Ahok dan Istri |
Masa kecil Basuki lebih banyak dihabiskan di Desa
Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, hingga selesai menamatkan
pendidikan sekolah menengah tingkat pertama. Setamat dari sekolah menengah
pertama, ia melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Di Jakarta, Basuki menimba ilmu
di Universitas Trisakti dengan jurusan Teknik Geologi di Fakultas Teknik
Mineral. Selama menempuh pendidikan di Jakarta, Ahok diurus oleh seorang wanita
Bugis beragama Islam yang bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca. Setelah
lulus dengan gelar Insinyur Geologi, Basuki kembali ke Belitung dan mendirikan
CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT Timah pada tahun
1989.
Basuki menikah dengan Veronica, kelahiran Medan,
Sumatera Utara, dan dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas Sean
Purnama, Nathania, dan Daud Albeenner.
Nama panggilan "Ahok" berasal dari
ayahnya. Mendiang Indra Tjahja Purnama ingin Basuki menjadi seseorang yang
sukses dan memberikan panggilan khusus baginya, yakni "Banhok". Kata
"Ban" sendiri berarti puluhan ribu, sementara "Hok"
memiliki arti belajar. Bila digabungkan, keduanya bermakna "belajar di
segala bidang." Lama kelamaan, panggilan Banhok berubah menjadi Ahok
Pendidikan Ahok
Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas,
Basuki melanjutkan studinya di jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Universitas Trisakti dan mendapatkan gelar Insinyur pada tahun 1990. Basuki
menyelesaikan pendidikan magister pada Tahun 1994 dengan gelar Master Manajemen
di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya.
Karier bisnis Ahok
Pada tahun 1992 Basuki mengawali kiprahnya di dunia
bisnis sebagai Direktur PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun
pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada tahun 1995. Pada tahun 1995, Basuki
memutuskan berhenti bekerja di PT Simaxindo Primadaya. Ia kemudian mendirikan
pabrik di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung
Timur. Pabrik pengolahan pasir kuarsa tersebut adalah yang pertama dibangun di
Pulau Belitung, dan memanfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. Lokasi
pembangunan pabrik ini adalah cikal bakal tumbuhnya kawasan industri dan
pelabuhan samudra, dengan nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).
Pada akhir tahun 2004, seorang investor Korea
berhasil diyakinkan untuk membangun Tin Smelter (pengolahan dan pemurnian bijih
timah) di KIAK. Investor asing tersebut tertarik dengan konsep yang disepakati
untuk menyediakan fasilitas komplek pabrik maupun pergudangan lengkap dengan
pelabuhan bertaraf internasional di KIAK
Penghargaan
Basuki memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Anti
Korupsi dari unsur penyelenggara negara dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, yang
terdiri dari Masyarakat Transparansi Indonesia, KADIN dan Kementerian Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara, pada tanggal 1 Februari 2007. Ia dinilai berhasil
menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah, antara lain dengan
tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan
rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis
bagi masyarakat Belitung Timur. Ia juga terpilih menjadi salah seorang dari 10
tokoh yang mengubah Indonesia, yang dipilih oleh Tempo.
Basuki kembali mendapat penghargaan anti korupsi
dari Bung Hatta Anti Corruption Award, yang diterimanya pada tanggal 16 Oktober
2013. Ia mendapat penghargaan ini karena usahanya membuka laporan mata anggaran
DKI Jakarta untuk dikaji ulang.
Anugerah Seputar Indonesia (ASI) 2013 memberikannya
gelar Tokoh Kontroversial.
Kontroversi
Dalam kariernya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Basuki
telah memicu berbagai macam kontroversi yang kebanyakan disebabkan oleh
pernyataannya. Beberapa di antaranya adalah kontroversi lahan Rumah Sakit
Sumber Waras, penertiban Kalijodo, tuduhan mencap warga sebagai
"komunis", penggunaan kata-kata kasar, dan pernyataannya terkait
dengan "dibohongi pake surah Al-Maidah 51" yang memicu tanggapan
keras berupa rangkaian Aksi Bela Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar