Profil dan Biografi Lengkap Anies Baswedan
Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke-26 di Kabinet Kerja yang menjabat sejak 26 Oktober 2014 sampai 27 Juli 2016. Dalam pertengahan periode Kabinet, Ia digantikan oleh Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang dalam perombakan Kabinet 27 Juli 2016. Ia adalah seorang intelektual dan akademisi asal Indonesia. Ia merupakan cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan. Ia menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2007, saat menjadi Rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun.Anies Baswedan |
Menjelang pemilihan umum Presiden Indonesia 2014, ia
ikut mencalonkan diri menjadi calon presiden lewat konvensi Partai Demokrat. Ia
mencalonkan diri sebagai calon gubernur pada pemilihan umum Gubernur DKI
Jakarta 2017, berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Masa kecil Anies Baswedan
Anies dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat pada
tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid. Anies mulai
mengenyam bangku pendidikan pada usia 5 tahun. Saat itu, ia bersekolah di TK
Masjid Syuhada. Menginjak usia enam tahun, Anies masuk ke SD Laboratori,
Yogyakarta.
Masa remaja dan kuliah Anies Baswedan
Setelah lulus SD, Anies diterima di SMP Negeri 5
Yogyakarta. Dia bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah di sekolahnya,
dan menduduki jabatan sebagai pengurus bidang humas yang dijuluki sebagai
"seksi kematian," karena tugasnya mengabarkan kematian. Anies juga
pernah ditunjuk menjadi ketua panitia tutup tahun di SMP-nya.
Kita ditarik dulu ke belakang, sebelum kemudian bisa
meloncat dengan jauh.
Anies Baswedan, menggambarkan keterlambatannya lulus
SMA karena mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika. Lulus dari SMP, Anies meneruskan pendidikannya di
SMA Negeri 2 Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi hingga terpilih menjadi
Wakil Ketua OSIS,, dan mengikuti pelatihan kepemimpinan bersama tiga ratus
orang Ketua OSIS se-Indonesia. Hasilnya, Anies terpilih menjadi Ketua OSIS
se-Indonesia pada tahun 1985. Pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti
program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwaukee,
Wisconsin, Amerika Serikat. Program ini membuatnya menempuh masa SMA selama
empat tahun dan baru lulus pada tahun 1989.
Sekembalinya ke Yogyakarta, Anies mendapat
kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah
Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang Yogyakarta, dan mendapat peran
sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional.
Anies Baswedan dan Istri |
Masa kuliah
UGM (1989-1995)
Anies diterima masuk di Fakultas Ekonomi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dia tetap aktif berorganisasi, bergabung
dengan Himpunan Mahasiswa Islam dan menjadi salah satu anggota Majelis
Penyelamat Organisasi HMI UGM.
Di fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat
Mahasiswa dan ikut membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah
pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia terpilih menjadi
Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992,, dan membuat beberapa gebrakan
dalam lembaga kemahasiswaan. Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
sebagai lembaga eksekutif memosisikan senat sebagai lembaga legislatif, yang
disahkan oleh kongres pada tahun 1993. Masa kepemimpinannya juga ditandai
dengan dimulainya gerakan berbasis riset, sebuah tanggapan atas tereksposnya
kasus BPPC yang menyangkut putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra. Anies
turut menginisiasi demonstrasi melawan penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah
pada bulan November 1993 di Yogyakarta.
Pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari untuk
JAL Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo
dalam bidang kajian Asia. Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah
lomba menulis mengenai lingkungan.
Amerika Serikat (1997-2005)
Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar
Universitas Studi Ekonomi UGM, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF
untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan
kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College
Park pada tahun 1997. Ia juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di
universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.
Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di
Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten
peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya,
dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow, penghargaan yang hanya diberikan
kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun
2004. Disertasinya doktoralnya yang berjudul Regional Autonomy and Patterns of
Democracy in Indonesia menginvestigasi efek dari kebijakan desentralisasi
terhadap daya respon dan transparansi pemerintah daerah serta partisipasi
publik, menggunakan data survei dari 177 kabupaten/ kota di Indonesia. Dia
lulus pada tahun 2005.
Karier Anies Baswedan
Dalam berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu
mengatakan ada tiga hal yang ia jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah
secara intelektual dapat tumbuh, apakah masih dapat menjalankan tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga, apakah mempunyai pengaruh sosial.
Peneliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM
Selesai program Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi
UGM, Anies Baswedan sempat berkarier sebagai peneliti dan koordinator proyek di
Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM. Kariernya di sana tak berlangsung
lama, sebab pada 1996 ia mendapatkan beasiswa program master ke Amerika
Serikat.
Manajer Riset IPC, Inc, Chicago
Selesai mengambil kuliah doktor pada 2004, karena
tidak memiliki uang untuk kembali ke tanah air, Anies sempat bekerja sebagai
manajer riset di IPC, Inc. Chicago, sebuah asosiasi perusahaan elektronik
sedunia.
Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan
Ia kemudian bergabung dengan Kemitraan untuk
Reformasi Tata Kelola Pemerintahan sebuah lembaga non-profit yang berfokus pada
reformasi birokrasi di beragam wilayah di Indonesia dengan menekankan kerjasama
antara pemerintah dengan sektor sipil. Hal ini tentu saja tak lepas dari
kepeduliannya terhadap demokrasi, otonomi daerah dan desentralisasi seperti
tertuang dalam disertasi dan artikel-artikelnya di beragam jurnal dan media.
Direktur Riset Indonesian Institute Center
Ia kemudian menjadi direktur riset The Indonesian
Institute. Ini merupakan lembaga penelitian kebijakan publik yang didirikan
pada Oktober 2004 oleh aktivis dan intelektual muda yang dinamis. Kariernya di
The Indonesian Institute tentu tak lepas dari latar belakang pendidikannya di
bidang kebijakan publik.
Rektor Universitas Paramadina
Logo Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan menemui momen
penting dalam kariernya. Ia dilantik menjadi Rektor Universitas Paramadina,
menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan Muslim, Nurcholish
Madjid atau biasa disapa dengan Cak Nur, yang juga merupakan pendiri
universitas tersebut. Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat
sebagai rektor termuda di Indonesia, dimana saat itu usianya baru menginjak 38
tahun. Anies terkesan dengan pidato Joseph Nye, Dekan Kennedy School of
Government di Harvard University, yang mengatakan salah satu keberhasilan
universitasnya adalah “admit only the best” alias hanya menerima yang terbaik.
Dari sinilah Anies kemudian menggagas rekrutmen anak-anak terbaik Indonesia.
Strategi yang kemudian dikembangkan Anies Baswedan adalah mencanangkan
Paramadina Fellowship atau beasiswa Paramadina. Beasiswa itu meliputi biaya
kuliah, buku, dan biaya hidup. Paramadina Fellowship adalah perwujudan
idealisme dengan bahasa bisnis. Hal ini dilakukan karena kesadaran bahwa dunia
pendidikan dan bisnis memiliki pendekatan yang berbeda. Untuk mewujudkan itu
Anies mengadopsi konsep penamaan mahasiswa yang sudah lulus seperti yang biasa
digunakan di banyak Universitas di Amerika Utara dan Eropa. Caranya, titel
seorang lulusan universitas tersebut mencantumkan nama sponsornya. Misalnya
jika seorang mahasiswa mendapatkan dana dari Mien R. Uno (seorang pendonor)
maka mahasiswa tersebut diwajibkan menggunakan titel Paramadina Mien R. Uno
fellow. Strategi Paramadina Fellowship ini menunjukkan dampak yang sangat
positif. Kini bahkan 25% dari sekitar 2000 mahasiswa Universitas Paramadina
berasal dari beasiswa ini. Tentu ini sumbangsih penting bagi dunia pendidikan
Indonesia di tengah mahalnya biayanya pendidikan tinggi. Gebrakan lain yang
dilakukan oleh Anies Baswedan di universitas yang ia pimpin adalah pengajaran
anti korupsi di bangku kuliah. Hal ini didasari karena Anies menganggap bahwa
salah satu persoalan bangsa ini adalah praktik korupsi. Karena itu ia berinisiatif
membuat mata kuliah wajib anti korupsi. Yang diajarkan dalam mata kuliah ini
mulai kerangka teoritis sampai laporan investigatif tentang praktik korupsi.
Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Gagasan ini sebenarnya berawal ketika Anies Baswedan
masih menjadi mahasiswa UGM sekitar dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul
dan belajar banyak dari seorang mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof. Dr.
Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes). Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi
sebuah program bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program
untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Dalam
beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan pertama di sebuah kota
kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang yang
menjadi angkatan pertama PTM ini. Dia berangkat ke Kupang dan bekerja di sana
selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa
paling cerdas untuk kuliah di UGM. Salah satunya adalah Adrianus Mooy yang di
kemudian hari menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM
inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar.
Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa
untuk melanjutkan kuliah di Amerika Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di
sana membuatnya memahami bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi kelas
dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi, kompetensi kelas dunia saja
tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya pemahaman empatik yang mendalam
seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup. Semua proses di atas,
secara perlahan membentuk ide besar Gerakan Indonesia Mengajar. Konstruksi
dasarnya mulai terumuskan pada pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan
dan menguji idenya pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud
ketika beberapa pihak berkenan menjadi sponsor. Proses untuk mendesain dan
mengembangkan konsep Indonesia Mengajar pun dimulai pada akhir 2009, dengan
membentuk tim kecil yang kemudian berkembang hingga menjadi organisasi seperti
sekarang ini. Sampai saat ini pun, Anies Baswedan merupakan salah satu pendiri
dan juga Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.
Peserta Konvensi Capres Partai Demokrat
Setelah bertahun-tahun bergelut dalam gerakan
sosial, Anies Baswedan terpanggil untuk memasuki dunia politik. Ia diundang
untuk terlibat mengurus negeri dengan mengikuti konvensi Demokrat pada 27
Agustus 2013. Anies menerima undangan tersebut dengan ikhtiar untuk ikut
melunasi Janji Kemerdekaan. Anies Baswedan bersama 11 orang lainnya; Ali
Masykur Musa, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita
Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo dan
Sinyo Harry Sarundajang mengikuti Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat.
Semangat melunasi janji kemerdekaan itulah yang
merupakan misi Anies untuk negeri ini. Bagi Anies apa yang tercantum di
Pembukaan UUD 1945 bukan sebuah cita-cita melainkan sebuah janji yang harus
dilunasi. “Janji itu adalah melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan, dan
membuat keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya. Ia menilai
janji-janji tersebut harus dilunasi oleh seluruh warga negara, termasuk
dirinya. Ia meyakini konvensi ini sebagai sebuah panggilan tanggung jawab dan
kehormatan. Ia mengatakan bahwa dirinya
memilih untuk terlibat dan turun tangan melunasi janji kemerdekaan.
Sikap Anies tersebut dinyatakan secara resmi dalam
deklarasi Konvensi Partai Demokrat pada 15 September 2013 di Hotel Sahid Jaya,
Jakarta. Dalam kesempatan tersebut ia mendeklarasikan sebuah gagasan yang
diberi judul “Indonesia Kita Semua”. Gagasan tersebut mengajak semua orang
untuk ikut terlibat mengurus negeri, ikut turun tangan. Gagasan ini ia buktikan
dengan membuat Gerakan TurunTangan yang dalam setahun berhasil mengumpulkan
lebih dari 30.000 relawan tanpa bayaran.
Debat Konvensi
Sebagai bentuk kedewasaan politik, Anies yang bukan
kader Demokrat, mengikuti seluruh rangkaian Konvensi sampai selesai. Beberapa
rangkaian konvensi antara lain adalah Debat Bernegara Konvensi Partai Demokrat,
yang diadakan antara lain di:
Debat Konvensi di Medan
Dalam debat perdana yang digelar di Istana Maimun,
Medan (22/1/2014), Anies mengungkapkan beberapa inisiatif. Salah satunya adalah
idenya untuk merelokasi kantor BUMN ke daerah-daerah. Menurutnya distribusi
pertambahan ekonomi harus merata. Relokasi BUMN adalah salah satu caranya.
Pada kesempatan ini Anies juga menorehkan sejarah
politik bersih dengan didukung oleh relawan-relawan tanpa bayaran dan tidak
mengotori kota dengan spanduk-spanduk. Relawan ini merupakan Relawan
TurunTangan yang mendukung Anies untuk menjadi presiden. Anies terus melanjutkan tradisi ini sampai
berakhirnya konvensi.
Debat Konvensi di Palembang
Gelaran debat konvensi yang kedua dilakukan di
Palembang Sport Convention Center, Palembang (25/1/2014). Dalam debat kedua
tersebut Anies menekankan pembangunan dan pemerataan ekonomi sampai ke desa. Ia
menekankan bahwa pemerataan ekonomi bisa tercapai jika pembangunan
infrastruktur di desa seperti listrik, jalan serta irigasi dapat dibangun
dengan baik.
Debat Konvensi di Bandung
Dalam debat ketiga konvensi di Hotel Harris, Bandung
(5/2/2014) Anies mengungkapkan konsep kepemimpinan yang akan ia usung. Menurutnya
konsep kepemimpinan yang pas adalah konsep kepemimpinan seperti main angklung,
artinya setiap orang terlibat turun tangan dan pemimpin menggerakkan dan
membuat harmoni.
Debat Konvensi di Surabaya
Anies mengungkapkan beberapa gagasan pada debat di Grand
Mall, Surabaya (12/2/2014). Ia menyikapi siaran televisi yang kurang mendidik.
Menurutnya yang bisa dilakukan adalah meminta para sponsor untuk berhenti
menyokong acara tersebut. Dengan begitu menurutnya acara yang muncul nantinya
adalah acara-acara yang berkualitas.
Sebelum pelaksanaan debat, Anies juga meluncurkan
strategi politiknya yang ia namakan dengan “Indonesia 1945”. Angka 1945 sendiri
merupakan akronim dari 1 semangat, 9 pekerjaan, 4 janji kemerdekaan, dalam 5
tahun. Strategi politik itu adalah ikhtiar Anies untuk ikut melunasi janji
kemerdekaan yang telah disusun oleh para pendiri republik ini.
Debat Konvensi di Bali
Anies berfokus pada masalah kesehatan saat melakukan
debat di Hotel Aston, Bali (18/2/2014). Menurutnya anggaran kesehatan Bali
harus dinaikkan karena saat ini hanya anggaran kesehatan per kapita hanya
sebesar Rp 20.000, - yang tergolong sangat kecil. Faktor kesehatan ini harus
jadi fokus utama dalam pembangunan di Bali.
Selain soal kesehatan Anies juga menilai yang patut
menjadi perhatian adalah sektor pariwisata. Anies mengusulkan agar kredit untuk
usaha pariwisata dapat dipermudah sehingga dapat mengembangkan industri ini.
Debat Konvensi di Balikpapan
Dalam debat yang dilaksanakan di Balikpapan
(22/2/2014) Anies banyak menyoroti masalah perbatasan. Menurutnya ada tiga
kunci pokok dalam permasalahan perbatasan. Pertama, harus sadar di manapun
berada sama dekatnya dengan di Indonesia. Kedua, pastikan saudara kita yang
berada di perbatasan juga tercukupi kebutuhannya. Ketiga, gabungan antara
transportasi, pendidikan, dan kesehatan. Menurutnya tiga kunci itu penting
untuk masalah perbatasan di Indonesia.
Debat Konvensi di Bogor
Anies kembali menegaskan komitmennya untuk
peningkatan kualitas manusia dalam debat di Puri Begawan, Bogor (2/3/2014).
Menurut Anies kunci kemajuan bangsa ada pada kualitas manusianya. Dalam debat
ini ia juga menekankan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan
aktivitas padat karya.
Debat Konvensi di Makassar
Dalam debat yang dilaksanakan di Makassar (5/3/2014)
Anies menegaskan komitmennya untuk mereformasi lembaga penegak hukum.
Menurutnya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan reformasi
di tubuh lembaga hukum. Yang utama adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat
pada lembaga penegak hukum dengan menempatkan orang-orang baik dan berkompeten
pada lembaga-lembaga tersebut.
Debat Konvensi di Ambon
Anies mengemukakan empat gagasan untuk Maluku dalam
sebat konvensi yang dilakukan di Islamic Center, Ambon (11/3). Pertama,
dibangun infrastruktur transportasi. Kedua, pengadaan listrik di semua pulau di
Maluku. Ketiga, pastikan akses kredit pada usaha mikro. Keempat, pengembangan
manajemen artinya pengembangan kualitas manusianya.
Debat Konvensi di Jakarta
Rangkaian debat konvensi ditutup dengan debat di
Sahid Hotel, Jakarta (27/4/2014). Dalam kesempatan ini Anies menegaskan kembali
bahwa keikutsertaannya mengikuti konvensi Demokrat adalah ikhtiar untuk ikut
turun tangan ikut melunasi Janji Kemerdekaan.
Penggagas Gerakan TurunTangan
Anies Baswedan mendirikan Gerakan TurunTangan
sebagai sebuah ikhtiar mengajak semua orang terlibat melunasi janji
kemerdekaan. TurunTangan mengajak semua orang untuk ikut terlibat mengurus
negeri ini dengan mendorong orang baik mengelola pemerintahan. Gerakan ini
didirikan Anies pada Agustus 2013 dengan semangat gerakan kerelawanan tanpa
bayaran. Sampai Juli 2014, relawan yang berhasil dikumpulkan sebanyak 35.000
lebih relawan.
TurunTangan banyak bergerak di kegiatan sosial
politik. Gerakan ini mendorong anak-anak muda di seluruh Indonesia untuk
berpartisipasi aktif dalam gerakan politik. TurunTangan didukung oleh sebuah
platform online yang beralamat di turuntangan.org. Ini adalah platform pertama
berbasis gerakan relawan. Platform ini membantu relawan mencari, mengumpulkan,
dan menggerakkan para sukarelawan di lokasi di seluruh Indonesia atau
berdasarkan keahlian masing-masing. Sistem pengelolaan relawan ini juga
didukung melalui e-mail dan SMS untuk mengundang para sukarelawan aktif dalam
pelatihan sukarelawan di berbagai daerah.
Berbeda dengan gerakan lain, TurunTangan tak hanya
sekadar mendorong Anies namun juga menciptakan sebuah politik yang sehat. Dalam
kampanye pilpres misalnya TurunTangan terus mendorong agar masyarakat kritis
dalam menyikapi pilihan yang ada. Gerakan ini juga mendorong agar kampanye
dilakukan secara sehat tanpa ada kampanye hitam. Hal ini misalnya dilakukan
oleh TurunTangan wilayah Bandung yang mengajak para simpatisan capres-cawapres
di Pilpres 2014 melakukan kampanye sehat.
Juru Bicara Pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Jusuf
Kalla (JK)
Komitmen Anies Baswedan untuk ikut turun tangan
mendorong orang-orang baik ia lanjutkan dengan membantu pasangan
capres-cawapres Jokowi-JK dalam pilpres 2014. Anies membantu pasangan nomor
urut dua dalam Pilpres 2014 ini dengan menjadi juru bicara pasangan tersebut.
Jokowi mengungkapkan bahwa kehadiran Anies sangat
penting dalam tim pemenangannya. Oleh sebab itu ia meminta bantuan Anies untuk
bergabung dengan timnya. Bagi Jokowi, Anies adalah sosok muda yang inspiratif
dan dekat dengan kaum muda. Karena alasan tersebut Mantan Walikota Solo ini
meminta Anies untuk membantu dirinya dan JK dengan menjadi Juru Bicaranya.
Anies sendiri menyatakan alasannya mendukung
Jokowi-JK dengan berperan menjadi juru bicara pasangan tersebut dengan
menginformasikan keputusannya pada ribuan relawan pendukungnya. Anies
menginformasikan pilihannya mendukung Jokowi-JK dengan mengirimkan sebuah e-mail
berjudul “Pilihan Saya”.
Dalam email tersebut Anies menyatakan bahwa pasangan
Jokowi-JK yang paling mungkin menghadirkan terobosan. Baginya Jokowi adalah
sosok muda yang bisa melakukan terobosan. Sementara itu JK ia kenal sebagai
tokoh senior yang memiliki rekam jejak terobosan dalam karya-karyanya.
Pada 22 Juli 2014, KPU merilis hasil rekapitulasi
suara dan menetapkan Jokowi-JK sebagai pemenang pemilu. Jokowi-JK meraih 53,15%
suara, mengalahkan pasangan Prabowo-Hatta yang meraup 46,85% suara. Setelah kemenangan Jokowi-JK, Anies Baswedan
dipercaya oleh pasangan tersebut untuk menjadi Deputi Kantor Transisi
Jokowi-JK.
Deputi Kantor Transisi Jokowi-JK
Pasca dinyatakan memenangkan pemilu presiden oleh
KPU pada 22 Juli 2014. Pasangan Jokowi-JK meminta Anies untuk menjadi salah
satu Deputi Rumah Transisi Jokowi-JK. Rumah transisi tersebut ditujukan untuk
menyiapkan kabinet dan menyempurnakan program sebelum pengangkatan resmi
Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Anies menjadi Deputi bersama Wakil Sekjen PDIP Hasto
Kristiyanto, Sekretaris Tim Pemenangan I Andi Widjajanto (Akademisi UI), dan
Sekretaris Tim Pemenangan II Akbar Faizal (Politisi Partai Nasdem). Kantor
Transisi ini diketuai oleh Rini M. Soemarno yang merupakan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan era pemerintahan Presiden Megawati
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(2014-2016)
Sepak terjang Anies Baswedan di bidang pendidikan
membuatnya diberi amanat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet
Kerja Jokowi-JK periode 2014-2019 sejak 27 Oktober 2014. Anies merupakan salah
satu menteri yang datang dari kalangan profesional di Kabinet Kerja.[41] Pada
Kabinet Kerja Jokowi-JK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dipecah menjadi
dua, yaitu Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah serta
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang merupakan gabungan
Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kemdikbud sebelumnya. Akan tetapi Kementerian yang dipimpin Anies pada akhirnya
mempertahankan nama resminya sebagai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Anies menilai bahwa pendidikan adalah kunci
peningkatan kualitas manusia. Ia merasa peningkatan kualitas pendidikan akan
terjadi dengan meningkatkan kualitas guru. Menurutnya pendidikan adalah
interaksi antar manusia di mana peran guru menjadi begitu sentral. Peningkatan
kualitas guru adalah salah satu hal yang ingin ia lakukan selaku Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Dalam pidato pertamanya dalam Pertemuan dengan
Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah se-Indonesia, Anies mengatakan bahwa
Pendidikan Indonesia berada dalam Kondisi Gawat Darurat. Kondisi itu
dikarenakan berbagai faktor, mulai dari infrastuktur, kompetensi guru, serta
suap-menyuap dan menyuarakan agar Pemerintah Pusat dan Daerah bersama-sama
dapat turun tangan menyelesaikan masalah
Pada bulan Oktober 2014 Anies mengatakan fokus untuk
memperbaiki kekurangan di tiga bidang. Anies mengakui bahwa ketiga kebijakan
tersebut sering menjadi pro dan kontra dan pembicaraan di masyarakat. Kebijakan
tersebut adalah pelaksanaan Ujian Nasional (UN), Kurikulum 2013 dan sertifikasi
guru.
Gebrakan nya selama menjabat Mendikbud yaitu:
Menunda pelaksanaan Kurikulum 2013 dan
mengembalikannya ke Kurikulum 2006, serta menerapkan Kurikulum 2013 pada jumlah
sekolah yang terbatas. Faktor kebijakan ini yaitu ketidaksiapan implementasi
kurikulum dan banyaknya keluhan siswa, guru dan orangtua siswa, Akan tetapi
suara penolakan datang dari Mendikbud sebelumnya Moh. Nuh sampai memancing
keributan di Media[45], beberapa sekolah dan guru yang memang sudah berhasil
sehingga menimbulkan kebingungan penerapannya di Dinas Pendidikan Daerah, serta
penolakan DPR karena dianggap penghapusan tanpa kajian dan komunikasi dengan
DPR, karena penghapusan berimplikasi dengan anggaran.
Mengubah Ujian Nasional bukan sebagai tolak ukur
kelulusan, tetapi hanya sebagai pemetaan pemerataan kualitas pendidikan daerah.
Selain itu juga Anies membentuk Indeks Integritas Ujian Nasional untuk mengukur
kejujuran siswa setiap daerah. Nilai UN juga dilengkapi penjelasan, bukan hanya
sekedar nilai. Tujuan besarnya yaitu membuat UN tidak sebagai hal yang
menakutkan lagi.
Program Uji Kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru
untuk meningkatkan kompetensi guru
Membentuk Direktorat Keayahbundaan untuk menguatkan
peran orangtua dalam mendidik anak
Menghapus Masa Orientasi Sekolah yang dilakukan oleh
Siswa/OSIS dan digantikan oleh Pengenalan Lingkungan Sekolah dari Pihak
Sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perpeloncoan oleh kakak kelas
Mengangkat Direktur Jenderal Kebudayaan berasal dari
Non-PNS secara lelang terbuka, yaitu Hilman Farid (Aktivis Kebudayaan)
Mengangkat Mantan Jaksa KPK sekaligus Kabiro Hukum
KPK yang terkenal dalam Praperadilan Kasus Budi Gunawan, Catharina Girsang,
sebagai Staf Ahli bidang Regulasi Pendidikan dan Kebudayaan, dilakukan untuk
meninjau dan menyederhanakan berbagai aturan di Kemendikbud.
Kampanye Gerakan
Menggelorakan kembali Konsep Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia untuk membuat sekolah tempat yang
menyenangkan
Gerakan Memuliakan Guru. Dengan cara mengajak
orang-orang dewasa menemui guru saat hari guru untuk menghormatinya, dan
berbagai kerjasama Kemdikbud dengan BUMN dan Swasta untuk memberikan kemudahan,
diskon harga dan semacamnya bagi Guru.
Gerakan Membaca 15 Menit sebelum Mulai Pelajaran
untuk Mendorong Minat Baca
Mengantar Anak Hari Pertama Sekolah bagi Orangtua
Murid. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan ikatan emosional orangtua dengan
sekolah dan juga anaknya.
Berbagai tantangannya dalam pelaksanaan tugas yaitu
salah satunya Kekerasan Anak di Sekolah maupun Kekerasan Seksual pada Anak yang
sampai menyita perhatian nasional dalam berbagai kasus kriminal diberbagai
daerah. Anies pun mengeluarkan berbagai Permendikbud dalam rangka menciptakan
rasa aman di sekolah. Selain itu masalah administrasi Guru Honorer K2 yang
permasalahnnya sudah berlangsung lama juga mencuat. Pelaksanaan Ujian Nasional
Berbasis Komputer dalam pelaksanaannya juga masih banyak mengalami kendala
teknis meskipun secara keseluruhan sukses.
Pada perombakan Kabinet Kerja tanggal 27 Juli 2016,
Anies Baswedan digantikan oleh Muhadjir Effendy, Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang. Publik menyayangkan keputusan Presiden ini dan ditengarai
bahwa pergantian ini murni akomodasi politik bukan karena faktor kinerja. Ada
anggapan lain juga Anies mempunyai visi politik yang berbeda dengan Presiden
Jokowi dan melakukan konsolidasi untuk Pemilu 2019, meskipun tuduhan ini
disangkalnya. Anies dituduh juga sedikit melenceng dari visi Presiden yaitu
kurang memprioritaskan program presiden Kartu Indonesia Pintar
Penghargaan
Nasional
Harian Rakyat Merdeka menganugerahkan The Golden
Awards pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) harian ini yang ke 14 pada Juni
2013. Anies dipilih atas inspirasinya di bidang pendidikan melalui Gerakan
Indonesia Mengajar. Selain Anies tokoh yang mendapatkan penghargaan ini adalah
Johan Budi SP (Juru Bicara KPK) dan Ignasius Jonan (Dirut PT KAI). Pada Agustus
2013, Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas Nasional dari Komunitas
Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Penilaian ini didasari atas survey yang dilakukan pada 2012 tentang persepsi
masyarakat terhadap sejumlah tokoh nasional. Anies terpilih bersama beberapa
tokoh lain seperti Komaruddin Hidayat, Abraham Samad, serta Mahfud MD. Menurut
Ketua Kupas Ai Mulyadi Mamoer, mereka yang terpilih adalah mereka yang jujur,
bertanggungjawab, visioner, disiplin, bisa bekerja sama, adil dan peduli.Dompet
Dhuafa memberikan penghargaan Dompet Dhuafa Award 2013 kepada Anies Baswedan
pada Juli 2013. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang dinilai telah
memberikan inspirasi kebajikan bagi masyarakat dan berkontribusi bagi bangsa.
Anies Baswedan menerima penghargaan kategori pendidikan. Ia dipilih karena
usahanya melunasi janji kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan
Indonesia Mengajar. Selain Anies Baswedan beberapa tokoh menerima penghargaan
ini antara lain, Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden), Warsito Purwo (Ketua Umum
Masyarakat dan Ilmuwan Teknologi Indonesia), serta Irma Suryati (penggerak kaum
difabel). Anies Baswedan juga menerima penghargaan Tokoh Inspiratif dalam
Anugerah Hari Sastra Indonesia. Penghargaan ini diberikan pada saat perayaan
Hari Sastra Nasional pada 3 Juli 2013 di Balai Budaya Pusat Bahasa, Rawamangun,
Jakarta. Anies mendapat penghargaan kategori tokoh inspiratif. Anies dirasa
memiliki track record serta kepedulian dalam memperjuangkan kemajuan untuk Indonesia.
Internasional
Gerald Maryanov Award
Pada 2004 Anies Baswedan menerima penghargaan Gerald
Maryanov Fellow dari Departemen Ilmu Politik Universitas Northern Illinois.
100 Intelektual Publik Dunia
Pada 2008 Majalah Foreign Policy memasukkan Anies
Baswedan dalam 100 Intelektual Publik Dunia. Anies merupakan satu-satunya orang
Indonesia yang masuk pada daftar hasil rilis majalah tersebut. Dalam daftar itu
nama Anies sejajar dengan tokoh dunia seperti Noam Chomsky (tokoh perdamaian),
para penerima nobel seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya
Sen.
Young Global Leaders
Jiwa kepemimpinan Anies Baswedan juga membuahkan
hasil dengan hadirnya nama Anies dalam salah satu Young Global Leaders pada
Februari 2009 yang diberikan oleh World Economic Forum.
20 Tokoh Pembawa Perubahan Dunia
Dua tahun berselang setelah mendapat penghargaan 100
Intelektual Publik Dunia, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu
dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi
majalah Foresight yang terbit di Jepang. Dalam edisi khusus “20 orang 20
tahun”, Majalah ini menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan akan menjadi
perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade
mendatang. Menurut majalah itu Anies Baswedan dinilai sebagai salah satu tokoh
calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Nama Anies berdampingan dengan
Vladimir Putin (Perdana Menteri Rusia), Hugo Chavez (Mantan Presiden Venezuela),
David Miliband (Menteri Luar Negeri Inggris), Rahul Gandi (Sekjen Indian
National Congress India), serta Paul Ryan (politisi muda Partai Republik dan
anggota House of Representative AS).
PASIAD Education Award
Anies Baswedan menerima penghargaan dari The
Association of Social and Economic Solidarity with Pacific Countries (PASIAD)
kategori Pendidikan dari Pemerintah Turki pada tahun 2010. Penghargaan ini
diberikan kepada pengajar, pelajar maupun individu yang telah berkontribusi
untuk dunia pendidikan. Anies Baswedan menerima penghargaan ini karena telah
membuat anak-anak muda terbaik untuk mengajar di daerah terpencil yang jauh
dari akses pendidikan melalui program Indonesia Mengajar.
Nakasone Yasuhiro Award
Anies Baswedan menerima Nakasone Yasuhiro pada Juni
2010. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Mantan Perdana Menteri Jepang,
Yasuhiro Nakasone. Penghargaan ini diberikan kepada orang-orang visioner yang
membawa perubahan dan memiliki daya dobrak, demi tercapainya abad 21 yang lebih
cerah. Anies dirasa adalah salah satu sosok visioner tersebut. Hanya beberapa
orang asal Indonesia yang pernah menerima penghargaan bergengsi ini, seperti
Rizal Sukma (Peneliti CSIS) dan Wayan Karna (Dekan ISI Denpasar).
500 Muslim Berpengaruh di Dunia
Penghargaan yang diterima Anies Baswedan juga hadir
dari kawasan Timur Tengah. The Royal Islamic Strategic Studies Center,
Jordania, memasukkan nama Anies dalam daftar The 500 Most Influential Muslims
pada Juli 2010. Penghargaan ini diberikan untuk 500 tokoh Muslim paling
berpengaruh di dunia.
Anies merupakan cucu dari pejuang nasional
Abdurrahman Baswedan, seorang jurnalis dan diplomat yang pernah menjabat
sebagai Wakil Menteri Penerangan pada masa revolusi fisik. Kedua orang tuanya
berasal dari kalangan akademis. Ayahnya, Drs. Rasyid Baswedan, merupakan dosen
di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, sementara ibunya, Prof. Dr.
Aliyah Rasyid, M.Pd. merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Anies menikah dengan Fery Farhati Ganis, seorang
sarjana psikologi dari Universitas Gadjah Mada pada tanggal 11 Mei 1996. Fery
mendapat gelar magisternya dalam bidang parenting education dari Northern
Illinois University. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Mutiara Annisa,
Mikail Azizi, Kaisar Hakam dan Ismail Hakim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar